Saya bersama murid-murid tercinta |
STM (Sekolah Teknik Menengah) sangat identik dengan siswa-siswanya yang nakal, urakan dan suka bertindak anarki, memang tidak semua siswa STM yang seperti itu tapi tidak dapat disangkal di mata masyarakat kalau STM yang paling sering tawuran.
Bagi para pembaca yang ingin berencana mengajar di STM memang susah-susah gampang sih menghadapi siswa STM yang terkenal dengan kejahiliannya, maksudnya kejahilinnya. Menurut cerita dari rekan-rekan yang lain menghadapi siswa STM harus keras dan condong bersifat semi-militer, tapi menurut saya dengan cara seperti itu mungkin memang efektif selama berada di dalam lingkungan sekolah, lalu bagaimana jika berada di luar sekolah ? Seorang guru tugas utama memang memberikan materi atau pelajaran tetapi di samping itu seorang guru juga harus bisa merubah karakter siswa yang kurang baik menjadi lebih baik. Untuk merubah karakter untuk menjadi lebih baiklah yang mungkin agak sulit untuk di aplikasikan ke dalam metode pengajaran kita.
Menurut saya, pendidikan semi-militer kurang efektif untuk merubah karakter siswa menjadi lebih baik secara permanen, karena akibat dari metode approach yang seperti itu hanya berefek dalam lingkungan sekolah saja, tetapi tidak menjamin sikap mereka di luar lingkungan sekolah dan hanya menjadikan mereka seseorang yang mempunyai karakter keras. Lantas bagaimana kita menyikapi siswa STM yang nakalnya sudah akut ? metode pendekatan seperti apa yang digunakan ?
Menurut pengalaman saya selama mengajar di STM, heart to heart method lebih efektif untuk anak STM. Sebenarnya yang mereka butuhkan adalah perhatian dan kasih sayang yang mungkin sebagian besar dari mereka tidak dapatkan di rumah atau dari orang tuanya, mereka hanya membutuhkan teman untuk berbagi, yang bisa menjadi pendengar bagi mereka dan menjadi solusi bagi bagi masalah-masalah mereka, mereka hanya butuh seorang figur yang mereka anggap bisa menjadi teman sekaligus pembimbing yang sabar. Memang semuanya membutuhkan proses, ikuti saja dulu apa maunya mereka, coba kenali lingkungannya kenapa mereka bisa memiliki karaker seperti itu ? jangan terburu-buru menilai mereka bersalah, mereka paling tidak suka disalahkan meskipun memang tindakan mereka salah. Dan ternyata, kebanyakan dari mereka suka curhat, entah tentang masalah di rumah, sekolah, teman-temannya, bahkan percintaannya. Pokoknya semua bisa mereka ceritakan jika mereka sudah merasa nyaman dengan kita.
Selain menjadi pendidiki, cobalah menjadi teman bagi mereka. Karena yang mereka butuhkan bukan seorang pendidik yang selalu menyalahkan dan menghukum mereka, tetapi saya tekankan sekali lagi yang mereka butuhkan adalah seorang teman yang bisa menjadi pendengar dan mencari solusi bagi mereka. Kadang egoisnya guru adalah tidak mau mendengarkan keluh kesah siswa, hanya mau didengarkan. Coba posisikan kita sebagai siswa, bagaimana rasanya bila kita terus-terusan selalu di salahkan ? menjengkelkan bukan. Mereka hanya menjadi "kambing hitam" dari error system yang berlaku. Jika kita sudah menjadi pendengar yang baik bagi mereka, baru lah kita mengetahui apa yang salah dari mereka, di sini lah peran seorang pendidik untuk membimbing mereka kembali ke jalan yang benar.
Dalam penyampaiannya solusi juga harus hati-hati kepada siswa STM karena sebenarnya mereka sangat sensitif, bahkan lebih dari gadis yang sedang PMS. Jika kita salah ucap di tolak mentah-mentah apa yang kita bicarakan. Sebisa mungkin gunakan bahasa yang lebih familiar bagi mereka, tidak perlu menggunakan istilah yang ribet-ribet yang bisa mata mereka berputar-putar. Anggaplah kita kembali pada masa-masa kita sekolah dan lawan bicara kita adalah teman sekelas kita pada waktu SMA. Dengan cara seperti itu insyallah kita lebih bisa menguasai karakter mereka dan mendapatkan perhatian mereka.
Itu saja yang bisa sampaikan berdasarkan pengalaman saya, dan sampai sejauh ini sangat efektif, selama kita bisa menjadi pendengar setia mereka. Terimakasih sudah menyempatkan waktunya untuk membaca artikel ini semoga bermanfaat.
Wah ~ makasih mas tips'a .
BalasHapusAk jga seorg guru (baru) di STM . Alhamdulillah , ak jga menggunakan metode sperti yg mas tulis .
Tpi mas , kdg ak suka ngerasa , mereka" itu udh d kasih hati eh malah minta ampela . Di baikiin bukan'a jdi baik , tpi mlah ngelunjak . Klo udh gtu , suka jdi kesel ndiri .
Nah , menurut mas , enk'a gmna tuh klo udh terjadi kasus kya gtu ?
Makasi ~