Selasa, 10 Juli 2012

Arti Selembar Ijazah


Apa yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia sehingga tidak hanya orang cerdas yang di hasilkan, tetapi juga menghasilkan “maling” negara ? jika kita tela’ah lebih dalam lagi pada dewasa ini banyak berjuta-juta orang sekolah bukan untuk mendapatkan ilmunya melainkan untuk mendapatkan selembar ijazah, sehingga mungkin bisa di katakan ilmu itu hanyalah bonus yang di dapat dari proses pendidikan dan tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan selembar ijazah.

Sebenarnya, apa sih arti dari selembar ijazah itu sehingga jutaan orang rela mau melakukan berbagai cara untuk mendapatkan selembar
kertas yang bertuliskan IJAZAH. Yang saya lihat dari peran ijazah di sini bukan sebagai nilai jual yang di dapatkan melainkan ada nilai arti yang begtu besar di balik selembar itu. Menurut anda , mana yang lebih penting dari proses pendidikan ilmu-nya kah atau ijazah-nya ? banyak manusia naif ilmu lah yang lebih penting dari
proses pendidikan, kalau begitu bagaimana jika dia mencari ilmu dari proses tersebut tanpa mendapatkan ijazah, apakah masih bisa di katakan ilmu-nya yang penting. Banyak sekali pertanyaan yang datang di pikiran saya yang berkaitan dengan selembar kertas ini.
Tidak dapat di pungkiri, pada era modernisasi ini banyak sebagian orang yang meghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan selembar kertas itu, misalnya dengan tekhnologi yang serba canggih di sertai dengan bantuan alat scan kita bisa dengan mudah memanipulasi selembar ijazah sesuai dengan apa yang kita inginkan tanpa harus melewati proses pendidikan yang begitu kompleks. Untuk apa mereka semua melakukan cara haram itu demi mendapatkan ijazah ? tuntutan. Iya, tuntutan lah yang memaksa mereka untuk memalsukan data-data pribadi mereka. Tuntutan itu bisa datang demi profesi, harga diri, atau hanya sekedar gaya. Sungguh tragis kisah pendidikan di Indonesia.

Jangan heranlah dengan melihat apa yang terjadi dari keadaan ini, korupsi ada dimana-mana, penipuan merajalela dan masih banyak lagi kekacauan yang semakin menjadi-jadi ini dan kita tidak bisa sepenuhya menyalahkan mereka juga. Karena mereka sebenarnya hanya korban dari system error yang di terapkan. Coba kalau kita tengok beberapa tahun silam kalau kita pernah mendengar cerita atau pengalaman dari orang tua atau orang-orang yang terdahulu, betapa sulitnya beliau-beliau mendapatkan selembar ijazah itu karena apa ? karena yang lebih di tekankan adalah transfer of knowledge-nya, tapi apa dampak dari perjuangan beliau-beliau yang begitu sulit mendapatkan selembar, beliau tidak hanya semata-mata mendapatkan selembar ijazah “kosong” melainkan beserta ilmu-ilmunya. Tapi kalau kita bandingkan dengan jaman sekarang yang lagi musim money system, semuanya bisa kita dapatkan dengan mudah dengan uang. Dengan uang segalanya lancar, apa akibatnya banyak sarjana-sarjana nganggur, sarjana abal-abal alias aspal alias asli tapi palsu karena mereka hanya menginginkan segala sesuatunya dengan instan tanpa ribet sehingga transfer of knowledge tidak sampai di pikiran mereka. Lalu apa yang akan terjadi jika sudah begitu keadaannya ? dapat di bayangkan kan. 
Okeh masih mending kalau sarjana aspal itu masih memilki atau berpegang teguh pada nilai kejujuran. Negara ini tidak butuh orang pintar tapi butuh orang yang jujur, sudah berapa triliun uang negara yang di rampok oleh orang pintar. Masalahnya, sudah aspal, tukang tipu pula, gimana tidak gawat ?
Terimkasih sudah mengunjungi blog ini, kami tunggu kunjungan selanjutnya  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar